Senin, 22 November 2010

Cicak Obat Kanker

Walaupun Menggelikan Tetapi Berkhasiat


Di klinik 24 jam dekat rumah terdapat beberapa dokter yang praktik secara bergantian. Semuanya dokter perempuan. Tapi aku nggak yakin kalau itu menunjukkan bahwa mayoritas dokter di negara ini perempuan.



Eh, sebetulnya tulisan ini nggak ada hubungannya dengan soal jender. Waktu aku berkunjung ke klinik itu pada hari Sabtu terakhir bulan Mei 2010 yang berpraktik adalah dr. Karolin (entah ejaannya bener ga ya? mungkin juga Carolyn, tapi biar gampang aku tulis Karolin saja. Kalo salah, maap ya bu dokter…). .


Waktu bu dokter tau kalau aku kena kanker, ia lalu bercerita tentang Wulan, adik iparnya yang usianya masih di bawah 30 tahun.


“Ia kena kanker payudara. Kondisinya parah, kulit di seputar payudara sampai2 seperti kulit jeruk. Tapi sekarang ia sudah sembuh,” katanya.


“Saya periksa dia dan memang betul ia sudah sembuh, dadanya sudah bagus."


Apa obatnya?


“Setiap hari makan cicak, selama 6 bulan, sampai badannya bau amis,” kata bu dokter sambil menambahkan bahwa setelah sembuh, ia berhenti minum obat dan badannya tak lagi berbau amis.


Dalam menjalani pengobatannya itu setiap pagi dan sore Wulan makan cicak. Sekali makan 2 ekor. Kepala dan ekornya dibuang lalu badannya dibersihkan dan dimasukkan ke kapsul dalam keadaan mentah agar mudah memakannya. Atau dimakan dengan pisang. Tidak digoreng atau direndang.


“Ini betul. Kalau saya tidak menyaksikan sendiri, saya tak akan menceritakan seperti ini,” kata bu dokter dengan serius.


Menurut bu dokter, adik iparnya itu tergolong tidak mampu dan ia hanya mengandalkan cicak untuk mengobati penyakitnya dan sekali2 minum antibiotik..


Cicak memang dikenal sebagai obat. Waktu masih kecil pernah kudengar bahwa cicak goreng bisa dipakai sebagai obat gatal2 atau penyakit kulit, dan kutu yang dimakan bersama pisang emas bisa menjadi obat penyakit kuning. Mengenai betul tidaknya khasiat itu, entahlah, aku tidak tau.


Yang jelas sekarang ini juga banyak sekali pengobatan tradisional yang kabarnya dapat mengobati kanker. Mulai dari mahkota dewa, buah merah, mengkudu, daun dan buah sirsak, sampai sarang semut dan sarang penyamun.


Indonesia memang sungguh kaya dengan keanekaragaman hayati, termasuk buaanyak sekali spesies flora maupun fauna yang cuma ada di sini. Mereka merupakan sumber pengobatan tradisional dan sebagian tanaman obat sudah dikenal luas sebagai jamu dan dikemas dalam bentuk bubuk, kapsul maupun cairan.


Sayang sekali, Indonesia termasuk miskin dalam hal riset dan pengembangannya. Kekayaan flora dan fauna masih belum dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Kalau betul cicak dapat menjadi obat kanker yang ampuh, tentu banyak orang yang tertolong.


Temanku yang pecinta binatang berkomentar: “Kalau untuk bisa sembuh harus makan 2 cicak di pagi hari dan 2 cicak di malam hari selama 6 bulan, berapa ekor cicak yang harus mati untuk menyelamatkan satu nyawa manusia?”


Perlu paling sedikit 720 ekor cicak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar